Sistem Reproduksi pada Hewan Vertebrata dan Avertebrata

Sistem reproduksi pada hewan sangatlah bervariasi, baik struktur maupun bentuknya. Sistem reproduksi pada hewan vertebrata dan avertebrata dapat berlangsung secara seksual dan aseksual.

1. Reproduksi Seksual (Generatif) pada Hewan Vertebrata dan Avertebrata

Reproduksi Seksual (Generatif) pada Hewan
Reproduksi Seksual (Generatif) pada Hewan

Reproduksi seksual pada hewan vertebrata dan avertebrata akan menghasilkan telur, anak, serta ada pula hewan yang bertelur dan beranak. Berdasarkan cara perkembangan dan kelahiran embrionya hewan yang bereproduksi secara seksual dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: vivipar, ovovivipar, dan ovipar.

No.

Golongan HewanCiri-CiriContoh Hewan
1Vivipar
  1. Disebut juga hewan beranak
  2. Janin tumbuh di dalam rahim induk betina
  3. Janin memperoleh makanan dari induknya
  4. Mempunyai kelenjar susu
  5. Menyusui anaknya
  6. Janin ada di dalam tubuh induk
Kambing, kerbau, sapi, kucing, monyet, gajah, harimau, kuda, tikus, dan anjing.
2Ovipar
  1. Disebut juga dengan hewan bertelur
  2. Embrio tumbuh di luar tubuh induk yaitu di dalam telur
  3. Embrio memperoleh makanan dari cadangan makanan yang tersimpan dalam telur
  4. Tidak mempunyai kelenjar susu
  5. Mengerami telurnya hingga menetas
Ayam, burung, buaya, cicak, angsa, semut, katak, gurita, siput, dan penyu
3Ovovivipar
  1. Disebut juga hewan bertelur dan beranak
  2. Zigot tumbuh menjadi embrio di dalam telur dan menetas di dalam tubuh induknya.
  3. Makanan diperoleh embrio berasal dari dalam telur bukan dari tubuh induknya
  4. Tidak memiliki kelenjar susu
  5. Tidak menyusui anaknya
  6. Anak keluar dengan proses dilahirkan

Ular boa, ular sanca, hiu, kadal, ikan pari, cucut pasir, dan platypus

Pelajari Juga:  7 Contoh Makhluk Hidup Reproduksi Aseksual dengan Tunas

2. Reproduksi Aseksual (Vegetatif) pada Hewan Vertebrata dan Avertebrata

Reproduksi Aseksual (Vegetatif) pada Hewan
Reproduksi Aseksual (Vegetatif) pada Hewan

Secara alami, hewan yang dapat melakukan reproduksi aseksual alami hanyalah hewan avertebrata. Akan tetapi, setelah ditemukannya teknologi reproduksi aseksual buatan, hewan vertebrata pun bisa melakukan reproduksi aseksual.

Reproduksi aseksual alami pada hewan terbagi menjadi 5 macam, yaitu membelah diri, fragmentasi, pembentukan tunas, sporulasi, dan partenogenesis.

  1. Membelah diri, reproduksi aseksual dengan cara membelah diri biasanya dilakukan oleh golongan protozoa dan beberapa metazoa. Hewan yang melakukan reproduksi dengan membelah diri akan membelah menjadi dua sel anak atau beberapa sel anak. Arah pembelahan sel-selnya ada yang ke arah melintang seperti pada Paramaecium dan ada yang membujur seperti pada Euglena.
  2. Fragmentasi, fragmentasi adalah perkembangbiakan aseksual dengan memotong bagian tubuh, kemudian potongan-potongan baru tersebut akan tumbuh menjadi individu baru. Hewan yang melakukan reproduksi aseksual secara fragmentasi adalah cacing planaria.
  3.  Pembentukan tunas, proses perkembangan tunas menjadi hewan dewasa disebut dengan blastogenesis. Tunas yang tumbuh dapat terlepas dari hewan induknya apabila kuncup telah matang. Cara reproduksi aseksual dengan tunas dapat kita jumpai pada Hydra dan Porifera.
  4. Sporulasi, sporulasi adalah cara reproduksi aseksual dengan melakukan pembelahan berganda yang menghasilkan spora. Contoh hewan yang dapat melakukan reproduksi aseksual dengan sporulasi adalah Plasmodium sp.
  5. Partenogenesis, partenogenesis yaitu terbentukanya individu baru dari telur yang tidak dibuahi. Partenogenesis dapat terjadi pada hewan seperti lebah, tawon, kutu, dan semut.
Pelajari Juga:  Perkembangan Bioteknologi di Indonesia

Reproduksi aseksual buatan pada hewan, yaitu kloning. Kloning adalah upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang identik secara genetik. Metode ini dapat dilakukan melalui proses seksual dengan fertilisasi in vitro dan aseksual dengan menggunakan sel somatis sebagai sumber gen.

Pada kloning seksual, langkah awal yang dilakukan adalah fertilisasi in vitro. Setelah embrio terbentuk dan berkembang mencapai 4 sampai 8 sel maka dilakukan splitting (pemotongan dengan teknnik mikromanipulasi) menjadi dua atau empat bagian. Bagian-bagian embrio ini dapat ditumbuhkan kembali dalam inkubator hingga berkembang menjadi embrio normal yang memiliki genetik sama. Setelah mencapai fase blastosis, embrio tersebut ditransfer kembali ke dalam rahim ibu sampai umur 9 bulan.

Berbeda dengan kloning seksual, pada kloning aseksual, fertilisasi tidak dilakukan menggunakan sperma, melainkan hanya sebuah sel telur terfertilisasi semu yang dikeluarkan pronukleusnya dan sel somatis. Karenanya, bila pada kloning seksual, genetik anak berasal dari kedua orang tuanya, maka pada kloning aseksual, genetik anak sama dengan genetik penyumbang sel somatis.

Tinggalkan Balasan