Lemak terdiri dari suatu ester trigliserida dari gliserol dengan rantai utama berupa 3 asam lemak. Ikatan asam lemak dengan trigliserida tersebut merupakan rantai karbon (C) dengan gugus karboksil (COOH) pada salah satu ujungnya.
Berdasarkan kejenuhannya, lemak diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SFA) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid) yang terdiri dari monounsaturated fatty acid (MUFA) dan polyunsaturated fatty acid (PUFA).
1. Asam Lemak Jenuh
Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan tunggal. Asam lemak jenuh biasanya mempunyai rantai zig-zag yang sesuai satu dengan yang lain, sehingga gaya tarik Van der waals nya tinggi. Akibat gaya tarik yang tinggi itu, maka biasanya asam lemak jenuh berwujud padat.
Contoh asam lemak jenuh yaitu:
2. Asam Lemak Tak Jenuh
Asam lemak tak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak yang mempunyai lebih dari satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya biasanya terdapat pada tumbuhan dan disebut tigliserida tak jenuh ganda atau polyunsaturated yang cenderung berwujud cair seperti minyak. Contoh dari asam lemak tak jenuh, antara lain adalah sebagai berikut.
Perbedaan antara asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh terdapat pada ikatan rangkapnya. Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap antar karbonnya, sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan rangkap antar karbonnya.
Asam lemak tak jenuh memiliki titik cair lebih rendah daripada asam lemak jenuh. Keberadaan ikatan rangkap dalam struktur asam lemak mengkibatkan adanya perbedaan konfigurasi, yaitu konfigurasi cis bila ikatan rangkapnya terletak pada sisi yang sama dengan gugus hidrogen dan konfigurasi trans apabila ikatan rangkapnya terletak di sisi yang berlawanan.
Perbedaan ikatan kimia antara asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh menyebabkan terjadinya perbedaan sifat kimia dan fisika, diantaranya asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak jumlah ikatan rangkapnya, makin semakin besar kecenderungan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.