Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno yang hidup sekitar abad ke-4 SM, tidak secara khusus mengembangkan teori tentang asal mula kehidupan seperti yang kita kenal dalam konteks ilmu biologi modern. Aristoteles lebih dikenal dengan karyanya dalam bidang metafisika, fisika, biologi, dan etika. Meskipun demikian, beberapa ide-ide Aristoteles dapat dihubungkan dengan konsep “hylomorfisme” (hyle: materi; morphe: bentuk), yang merupakan pandangan tentang bagaimana materi dan bentuk saling berinteraksi dalam suatu entitas.
Dalam konteks biologi, Aristoteles mengajukan pandangan bahwa semua makhluk hidup memiliki “anima” atau jiwa. Dia mengklasifikasikan berbagai jenis kehidupan dan mengemukakan konsep bahwa organisme hidup berkembang dari bentuk potensial ke bentuk aktual melalui suatu proses yang disebut “entelekheia” atau aktualisasi. Namun, Aristoteles tidak memberikan penjelasan yang detail tentang bagaimana kehidupan pertama kali muncul.
Pemikiran Aristoteles tentang hylomorphism telah memengaruhi pandangan dunia Yunani kuno, tetapi konsepnya tidak secara khusus mencakup asal mula kehidupan sebagaimana yang dibahas dalam ilmu biologi modern. Pandangan-pandangan seperti abiogenesis (pemikiran bahwa kehidupan dapat muncul dari benda mati) dan teori evolusi adalah konsep-konsep yang muncul setelah waktu Aristoteles.
Penting untuk diingat bahwa pandangan Aristoteles tentang kehidupan tidak selalu sesuai dengan pemahaman ilmiah kontemporer, dan konsep-konsep tersebut harus diinterpretasikan dalam konteks pemikiran filosofis dan ilmiah Yunani kuno.