Dalam kehidupan sehari-hari kita telah sering menerapkan prinsip laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Contoh tujuan memotong daging besar menjadi potongan kecil-kecil adalah memperluas permukaan sentuh. Sehingga reaksi daging mentah menjadi empuk semakin cepat.
Kadang-kadang untuk mempercepat proses empuknya daging, sering ditambahkan daun pepaya muda ke dalam rebusan daging. Pemberian daun pepaya bertujuan sebagai katalis karena daun pepaya mengandung enzim papain. Enzim ini berfungsi sebagai katalis yang mempercepat proses empuknya daging.
Dalam bidang industri, prinsip laju reaksi sudah banyak digunakan. Contohnya dalam pembuatan asam sulfat digunakan katalis vanadium pentaoksida, proses pembuatan pupuk amoniak dengan katalis Vese (Fe), proses pembentukan gas alam menjjadi berbagai produk alkohol dengan menggunakan katalis zeolit yang telah diaktifkan, dan sebagainya.
Selain itu, penerapan laju reaksi juga dapat digunakan pada industri kendaraan bermotor. Prinsip kerja dari mesin kendaraan bermotor, bensin dari tangki penyimpanan dialirkan ke ruang pembakaran melalui karburator.
Bensin yang masuk ke ruang pembakaran sudah berupa gas yang memiliki ukuran partikel lebih kecil dibandingkan dalam bentuk cair. Dengan demikian, akan lebih mudah terbakar.
Proses pembuatan amoniak dikenal dengan nama proses Haber-Bosch. Disamping itu kita juga mengenal proses pembuatan asam sulfat yang lebih dikenal dengan proses kontak.
Dalam prosesnya kedua reaksi kimia diatas menggunakan konsep laju reaksi kimia terutama pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pengetahuan ini bermanfaat untuk mengontrol jalannya reaksi kimia agar diperoleh hasil yang maksimum dengan waktu yang lebih cepat, sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar.
Pengetahuan konsep laju reaksi juga bisa digunakan untuk penyimpanan bahan dan alam dalam laboratorium kimia. Misalnya penyimpanan logam-logam aktif seperti logam natrium dalam bentuk minyak tanah.