Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum yang dapat larut dalam sejumlah tertentu zat pelarut. Kelarutan dilambangkan dengan hurut s. Satuan kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram L-1 atau Mol L-1.
Partikel-partikel zat terlarut, baik berupa molekul atau ion akan terikat oleh molekul-molekul air. Makin banyak partikel zat terlarut, makin banyak pula molekul air yang diperlukan untuk mengikat partikel zat terlarut itu. Jika sejumlah garam dapur dilarutkan dalam air lama kelamaan tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air mengikat partikel yang dilarutkan, sehingga larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang ditambahkan. Larutan tersebut telah mencapai keadaan jenuh.
Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Jenis pelarut dan jenis zat terlarut
Senyawa polar akan mudah larut dalam senyawa polar, misalnya NH3, NaCl, CH3Cl dan semua asam merupakan senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga merupakan senyawa polar. Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa polar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah.
2. Suhu dan tekanan
Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adanya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut didalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.