Anda mungkin bertanya-tanya mengapa zat terlarut larut seluruhnya dalam pelarut, padahal tarik-menarik antara sesama molekulnya lebih kuat dibandingkan tarik-menarik antara molekul-molekul itu dengan molekul pelarut. Proses pelarutan, seperti halnya semua proses fisis dan kimia, dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan, yang pertama adalah energi. Energi ini menentukan apakah proses pelarutan bersifat eksotermik atau endotermik.
Faktor yang kedua adalah kecenderungan hakiki menuju ketidak teraturan dalam semua kejadian di alam. Seperti halnya setumpuk kartu remi yang menjadi bercampur setelah dikocok beberapa kali, ketika molekul zat terlarut dan molekul pelarut bercampur membentuk larutan, ketidakteraturan akan meningkat.
Dalam keadaan murni, pelarut dan zat terlarut memiliki derajat keteraturan yang cukup tinggi, tampak dari cukup teraturnya susunan atom, molekul, atau ion dalam ruang tiga dimensi. Keteraturan yang tinggi ini akan hancur bila zat terlarut larut dalam pelarut, seperti gambar di atas. Meningkatnya ketidak teraturan sistem inilah yang menyebabkan zat apapun larut, sekalipun proses pelarutannya bersifat endotermik.
Untuk sederhananya, kita dapat membayangkan proses pelarutan ini berlangsung dalam tiga tahap berbeda. Tahap pertama ialah pemisahan molekul pelarut, dan tahap kedua ialah pemisahan molekul zat terlarut. Kedua tahap ini memerlukan input energi untuk memutuskan tarik-menarik antarmolekul; dengan demikian tahap ini adalah tahap endotermik. Pada tahap ketiga, molekul pelarut dan molekul zat terlarut bercampur. Tahap ini dapat bersifat eksotermik atau endotermik.